Sejarah Desa Sempolan
Desa Sempolan merupakan salah satu dari 9 desa yang terletak wilayah administrasi kecamatan Silo kabupaten Jember. Kurang lebih tahun 1722, datanglah sekelompok masyarakat berjumlah kecil dari daerah Bondowoso ke Desa Sempolan, pada saat itu masih dalam keadaan hutan menuju kedaeraah yang dipandang memungkinkan untuk ditempati mereka, lokasi tersebut ialah yang sekarang dibangun Kantor Telkom (Bangunan Pemerintah). Ditempat tersebut mereka langsung membangun beberapa pondok, model tinggi bertetangga, yang maksud dan tujuannya dipergunakan sebagai perteduhan/tidur disebut pula pesanggarahan.
Kelompok masyarakat tersebut melakukan pembabatan hutan mula-muladisekitarnya dengan keadaan yang meyakinkan bahwa, usaha mereka akan berhasil karena mereka masing-masing percaya kepada diri sendiri di dadasari dengan kekompakan persatuan diantara mereka kelompok ini dipimpin oleh seorang yang tetua yang bernama kakek srina yang berwibawa serta mampu dalam menghadapi suatu kesulitan dan rintangan yang sifatnya menghambat jalannya pembabatan hutan tersebut dan mampu pula memimpin mereka dengan patut dan taat akan perihal perintah yang diberikan oleh pimpinannya.
Pada waktu siang hari mereka giat bekerja melakukan pembabatan ini bertambah meluas hasilnya sehingga nampaklah hasil karya mereka, pembabatan hutan di Desa Pace, Sumber jeruk dan Ambulu. Oleh karena daerah tersebut keadaannya sangat berbahaya, yang selalu terancam maut, dikarenakan sangat banyaknya binatang-binatang buas antara lain Harimau, Ular, Babi Hutan dan lain-lain, maka kakek srina mempunyai inisiatif demi keamanan dan keselamatan mereka yang senasib,dan dibuatnya peraturan bahwa setelah pukul 16.00 WIB (pukul 4 sore) mereka diharuskan sudah berhenti bekerja dipululnya kentongan (panggilan) terus naik tangga/pondok bertangga untuk beristirahat/tidur hingga esok harinya demikian seterusnya peraturan tersebut berlaku, kecuali ada diantara 4 (Empat) orang yang terpilih sebagai berikut:
1.Buyut Tanian
2.Buyut Noebiya
3.Buyut Merto
4.Buyut Doelad
Orang tersebut di atas inilah yang memiliki keistimewaan (kesaktian) pun dianggap orang terkemuka, diberikan tugas dan tanggung jawab keselamatan dari ancaman maut, dengan demikian ke-empat orang tersebut diperintahkan tidak untuk naik keatas pondok,siang maupun malam hari terus tetap dibawah oleh karena tugas yang dianggap berat ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab terkemuka tersebut percaya yakin bahwa keistimewaan pribadi yang dimiliki selalu mendapatkan lindungan Tuhan Yang Maha Esa, maka mereka tetap berapa dibawah pondok, kecuali kakek Srina selaku pimpinan yang bertempat tinggal di daerah Bondowoso akan tetapi rasa penu tanggung jawabterhadap kelompok yang dipimpinnya, maka setiap hari datang ke Desa Sempolan guna pengawasan rutin terhadap kelompok yang dipimpinnya. Dengan Keistimewaan pribadi/kesaktian yang dimiliki untuk alat komoinikasi dari Bondowoso ke Sempolan Kakek Srina setap hari menunggang Harimau pulang pergi dapat dikatakan kendaraan tetap. Kakek Srina setelah melihat hasil karya mereka telah cukup memuaskan maka setelah ditinjau dari luasnya pembabatan hutan tersebut pembatasan sebelah timur Garahan, hal ini dipandang perlu dan seharusnya Desa ini diberi nama dan mengangkat seorang Ketua Desa guna memimpin pribumi, dan menguasai serta mengatur Desa (Kepala Desa) dalam daerah tersebut.
Buyut Merto pendatang dari Kerajaan Blambangan Banyuwangi ia bekas prajurit kerajaan (Selaku patih) dari prabu Minak Djinggo, Buyut keluar dari kerajaan dengan maksud tidak akan kembali lagi tidak menentu tujuannya, keluarga buyut dari dikarenakan Semboyan Prabu Minak Djinggo bahwa ia manusia yang terlepas dari penyakit dan maut untuk selamanya dan ia merasa yakin tidak ada yang menandingi antar kerajaan akan keampuhannya. Akan tetapi apa kenyataanya dan apa pula yang terjadi pada waktu itu ialah peristiwa yang mengerikan sehingga keadaan menjadi kacau balau seluruh kerajaan Blambangan,prajurit dan rakyat banyak yang meninggakkan kerajaan keluar tanpa tujuan dikarenkan datangnya seorang utusan dari kerajaan Modjopahit ialah anak muda yang bernama Damar Wulan yang maksudnya mengadakan tantangan terhadap prabu Minak Djinggo persoalan yang akibatnya terjadi pertarungan sengit antara dua belah pihak sehingga menggentarkan seluruh kerajaan akhirnya prabu Minak Djinggo dapat ditaklukkan dan dipenggal kepalanya oleh si Damar Wulan . pada waktu itubuyut Merto terkejut termasuk juga para perwira lainnya seluruh rakyat ketakutan, Buyut Merto bersama Jokoyanti yang sekarang yang sekarang pesareannya berada di Desa Sumber Salak Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Buyut melanjutkan perjalanannya (Merantau) menuju kebarat akhirnya sampailah ke Desa Sempolan lalu berjumpa dengan lalu berjumpa dengan kelompok orang yang dipimpin oleh kakek Srina maka terpaksa buyut bergabungdan terima sebagai anggota kelompok setelah diketahui riwayat hidupnya bahwa buyut seorang perwira kerajaan Blambangan Trika oleh kakek Srina dianggap orang pentig diantara keamanan dan ketertiban masyarakat pada waktu itu. Keistimewaann pribadi buyut Merto seorang yang berwibawa ,gagah berani jika diantara masyarakat ada yang bercekcok yang sifatnya mengganggu keamanan umum, maka Buyut segera mengambil tindakan dengan tgas terhadap yang bersangkutan sesuai dengan pengalamannya pada waktu masih memimmpin dikerajaan demikian keamanan pulih kembali yang bersangkutan dapat menyadari atas kesalahannya ,hal ini telah menjadi kebiasaan bagi masyarakat setiap ada kejadian.
Buyut Noerbiya, masyarakat kagum dan heran setelah melihat Buyut Noerbiya dengan nyata membuat selokan dan mengalirkan air dari mata air (sumber) untuk mengairi tanah pertanian yang diperlukan, dengan diseretnya cangkul yang dipegangnya pada seloka dan menangkap seekor ikan wader lalu diikat dengan rumput manglcuk (Madura)maka air dan ikan yang diikat dengan rumput mengikuti dari belakang kearah cangkul yang diseretnya, selokan tersebut menuju kearah datran tinggi misalnya kelereng bukit, ternyata air tetap mengalir dengan lancer untuk selama-lamanya. Dapat menyiptakan mata air dengan alat sebuah lidi (sodho) pohon aren, ditancapkan lidi ketanah yang diperlukan maka mancurlah air bagaikan sumber yang jernih untuk selama-lamanya, pun dapat dikatakan penyipta dan menghela air misalnya Banjir Lahar. Keistimewaan Buyut Noerbiya pada waktu itu sudah meluas dilapisan masyarakat, bahkan sampai keluar daerah Desa Sempolan, dan pernah juga diundang keluar desa untuk membantu pemuatan saluran air yang mengalami kesulitan diramal tidak mungkin air dapat mengalir pada dataran tinggi, termasuk juga pembuatan Tangkis Dam sebagai contoh pembuatan saluran air di Dusun Jegung Desa Suren, Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember, yang sudah menjadi sungai yang dalam melalui lereng bukit Jegung. Sesuai dengan laporan Kepala Desa Suren Kepala Kanjeng Bupati Bondowoso, bahwa orang yang bernama Buyut Noerbiya bertempat tinggal di desa Sempolan memiliki keistimewaan pribadi/kesaktian ia dapat dinaikkan air pada dataran tinggi sebagaimana yang diharapkan. Pada waktu pembuatan saluran air tersebut, buyu dipanggil oleh Kanjeng Bupati Bondowoso bahwa orang yang bernama Buyut Noerbiya bertempat tinggal di Desa Sempolan memiliki keistimewaan pribadi/kesaktian ia dapat menaikkan air pada dataran tinggi sebagaimana yang diharapkan. Kanjeng Bupati merasa heran karena pekerjaan pembangunan sukses dan yang menjadi perhatian ialah air dapat mengalir pada selokan yang naik keatas lereng bukit, pada saat inilah Kanjeng Bupatipercaya kepada Buyut Noerbiya atas keistimewaan/kesaktian yang dimiliki dengan demikian langsung dipotongnya seekor lembu sesuai dengan janji Kanjeng Bupati tersebut dan sekaligus disyahkan atas penggunaan saluran air oleh masyarakat untuk selama-lamanya terutama dibidang cocok tanan (pertanian). Belum dapat menerangkan dengan jelas tentang keistimewaan pribadi yang menonjol, tetapi juga dapat dikatakan sebagai orang terkemuka diantaranya ia dibutuhkan juga membantu disegala bidang dalam pemerintahan Desa(Berwibawa). Langkah selanjutnya KAKEK SRINA memerintahkan mengumpulkan rakyat atau masyarakat hendak mengadakan musyawarah/mufakat untuk member nama Desa dan sekaligus pemungutan suara pemilihan Ketua Daerah (Kepala Desa), pada waktu itu Desa Sukowono sudah menjadi kantor Asisten Wedono Kabupaten Bondowoso. Pada hari yang ditentukan rakyat telah berkumpul untuk melaksanakan musyawarah dan mufakat serta pemungutan suara tersebutdiatas bertempat di pesanggeraan, dengan keadaan kompak dan suasana gembira serta penuh partisipasi terhadap peraturan pada waktu itu. Sebelum dimulai, sambil menunggu kedatangan Kakek Srina dari Bondowoso, untuk tidak membuang waktu maka diantara para terkemuka mempunyai pendapat dari pada rakyat menganggurlalu diperintahkan untuk membersihkan Wuku Wuku bambu yang telah tersedia pasenggerahan, setelah bahasa madura “Nyemsem Pereng” taka lama kemudian Kakek Srina datang , hadir juga Asisten Widono dari Sukowono, dengan, keadaan tenang dan cermat sehingga musyawarah dapat menghasilakan member nama daerah ialah “SEMPOLAN”. Nama ini adalah Singkatan dari kata bahasa Madura”Nyemsem Pereng Sanbi Kompolan”yang telah ditentukan musyawarah sekaligus berhasil memilih seorang yang dianggap berwibawa dan mampu memimpin masyarakat dalam pemerintahan Desa, disamping itu juga memiliki keistimewaan pribadi (Kesaktian) serta mampu menghadapi kesulitan dan rintangan dengan demikian suara bulat maka terpilihnya “Buyut Tanian”langsung dilantik dan disyahkan sebagai Kepala Desa adalah sebagai kepala Desa Sempolan yang pertama. Keistimewaan pribadi Buyut Tanian, dengan kenyataan kalau menghadapi bahaya yang mengancam maut suatu missal binatang buas Harimau, Ular, Banteng, Babi hutan dan lain-lain, maka dengan senjata Wedung yang tidak pernah lepas dari badannya digunakan untuk menerkam (membacok) binatang buas yang dihadapi satu kali terkam binatang tersebut badannya sampai menjadi dua tidak pernah diulangi sampai dua kali terkam. Setelah demikian Kakek Srina membagikan pekerjaan disesuaikan dengan keahliannya sebagai berikut:
- Buyut Tanian sebagai Kepala Desa Sempolan (Pemerintahan Desa).
- Buyut Noerbiya sebagai Ulu-Ulu Air (Pembina Mental Agama dan Sosial).
- Buyut Merto sebagai Keamanan dan Ketertiban Umum (Pertahanan Desa).
- Buyut Doelad sebagai Pembantu Umum dibidang Pemerintahan Desa.
Dengan demikian para terkemuka tersebut diatas dapat menjalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab sesuai dengan bidangnya terutama bidang pertanian demi kemkmuran Desa dan masyarakat khususnya. Setelah pemerintahan Desa dapat disusun dengan baik dan pemerintahannya sudah dapat dipercaya maka Kakek Srina tidak setiap hari datang akan tetapi satu minggu sekali datang meninjau Daerah Sempolan sambil mengeluarkan perintah bahwa para pemimpin diharuskan tiap seminggu sekali melaporkan (Rapat Mingguan) keasisten Wedono di Desa Sukowono untuk mengetahui keadaan perminggunya. Guna meningkatkan Kewibawaan Desa serta serta keselamatannya para terkemuka mengadakan musyawarah dan mufakat untuk memasang Tumbal Desa di tengah-tengah dan diempat sudut, berarti lima tempat. Sesuai dengan jumlah terkemuka yang dimaksud sesuai pula dengan gambar dibawah ini menunjukkan tempat dimana Tumbal ditanam masing-masing diberi tanggung jawab. dengan dari bahaya dan penyakit akibat dan reaksi pemasangan tumbal tersebut sehingga bertambah tebal kepercayaan serta partisipasi masyarakat terhadap pemimpin yang tidak mengenal pamrih dan sebagainya.
Batas-batas Hasil Pembatasan Desa Sempolan :
UTARA |
: |
Desa Suren dan Desa Sumbersalak |
TIMUR |
: |
Desa Sumberjati |
SELATAN |
: |
Desa Silo |
BARAT |
: |
Desa Sumber Kejayan dan Desa Sidomukti |
Kemudian pada tahun 1865 Desa Sempolan dipecah menjadi Dua yaitu Desa Sempolan dan Desa Sumberjati, yang sekaligus mengangkat seorang kepala desa yang dipandang cakap dan mampu memimpin dan melaksanakan tugasnya.
Masa Kepemimpinan Kepala Desa
No.
|
Nama Kepala Desa
|
Dari Tahun
|
Sampai Tahun
|
1
|
Buyut Tanian
|
|
|
2
|
P. Diya
|
|
|
3
|
P.Djantima Ripin
|
|
|
4
|
P.Paddhi
|
1865
|
1865
|
5
|
P.Sidhi
|
1865
|
1901
|
6
|
P.Sarbadi
|
1905
|
1911
|
7
|
P.Soe
|
1911
|
114
|
8
|
P.Sradi
|
1914
|
1916
|
9
|
P.Dja Karyogat
|
1916
|
1948
|
10
|
P.Abd Lasid
|
1948
|
1950
|
11
|
Abd.Rapik
|
1950
|
1971
|
12
|
Ali wafa
|
1971
|
1981
|
13
|
Saniman,SH
|
1981
|
1991
|
14
|
Abu Sukrisno
|
1991
|
2001
|
15
|
Sutiyono, SH
|
2001
|
2001
|
16
|
Buadi
|
2001
|
2007
|
17
|
Drs.Abdul Aziz
|
2007
|
2013
|
18
|
Muhammad Fadli
|
2013
|
2019
|
19
|
Heri Lukman Hakim, S.Pd
|
2019
|
2019
|
20
|
Mohammad Fadli
|
2019
|
2025
|
Habibi
15 Juni 2024 20:34:24
Monggo datang dan daftarkan diri anda menjadi bagian dari kami ...