Layak diusulkan sebagai PAHLAWAN KEMERDEKAAN DARI JEMBERLayak diusulkan sebagai PAHLAWAN KEMERDEKAAN DARI JEMBER
Dikutip dalam Akun Facebook Setiyo Hadi
Agresi Militer I, Belanda menduduki kota Jember. Bupati Jember, R. Soedarman, tidak bersedia meninggalkan Jember, tetap tinggal di Jember, karena beliau berpendapat bahwa Jember adalah wilayah Republik Indonesia.
Pihak Belanda melakukan persuasi terhadap Bupati R. Soedarman. Namun R. Soedarman tetap dalam sikapnya, bahwa Jember merupakan wilayah RI dan ia tetap tunduk pada Republik Indonesia.
Atas sikapnya, pada tanggal 14 Oktober 1947, Bupati R. Soedarman ditangkap Belanda dengan kekuatan militernya. Peristiwa penangkapan Bupati Jember R. Soedarman diberitakan dalam surat kabar berbahasa Belanda Dagblad Amigoe De Curacao, halaman 2, Donderdag (hari Kamis) 13 November 1947.
Penangkapan R. Soedarman, seperti yang diberitakan Koran berbahasa Belanda tersebut, dilakukan Belanda dengan kekuatan militer mengepung rumah R. Soedarman. Dua kendaraan lapis baja (tank) dan ratusan personel tentara, rumah Bupati Jember R. Soedarman dikepung. Bupati Jember R. Soedarman ditangkap dan di kirim ke Surabaya.
Iringan mobil yang membawa R. Soedarman dan keluarga menuju Surabaya mendapat pengawalan ketat oleh tentara Belanda. Ada kekhawatiran dari pihak Belanda mendapat serangan dari pihak pejuang dan lascar di tengah jalan antara Jember dan Surabaya, melihat pengaruh kuat dari R. Soedarman di kalangan para pejuang kemerdekaan.
R. Soedarman menjalani tahanan di Sidoardjo, dan meninggal dalam tahanan. R. Soedarman menjabat sebagai Bupati Jember sejak zaman Pendudukan Jepang tahun 1942 sampai tahun 1947. Keterangan Sulthan Fajar dalam tulisannya, Soedarman meninggal dalam tahanan Belanda di Sidoarjo pada pertengahan tahun 1949.
Jasa-jasa R. Soedarman sebagai pejuang kemerdekaan dinobatkan sebagai nama jalan di depan Kantor Pemkab Jember. Kantor Pemkab Jember merupakan satu-satu tempat tinggal di Jl. Sudarman. (Mas Yopi / YSH – Boemi Poeger Persada)Agresi Militer I, Belanda menduduki kota Jember. Bupati Jember, R. Soedarman, tidak bersedia meninggalkan Jember, tetap tinggal di Jember, karena beliau berpendapat bahwa Jember adalah wilayah Republik Indonesia.
Pihak Belanda melakukan persuasi terhadap Bupati R. Soedarman. Namun R. Soedarman tetap dalam sikapnya, bahwa Jember merupakan wilayah RI dan ia tetap tunduk pada Republik Indonesia.
Atas sikapnya, pada tanggal 14 Oktober 1947, Bupati R. Soedarman ditangkap Belanda dengan kekuatan militernya. Peristiwa penangkapan Bupati Jember R. Soedarman diberitakan dalam surat kabar berbahasa Belanda Dagblad Amigoe De Curacao, halaman 2, Donderdag (hari Kamis) 13 November 1947.
Penangkapan R. Soedarman, seperti yang diberitakan Koran berbahasa Belanda tersebut, dilakukan Belanda dengan kekuatan militer mengepung rumah R. Soedarman. Dua kendaraan lapis baja (tank) dan ratusan personel tentara, rumah Bupati Jember R. Soedarman dikepung. Bupati Jember R. Soedarman ditangkap dan di kirim ke Surabaya.
Iringan mobil yang membawa R. Soedarman dan keluarga menuju Surabaya mendapat pengawalan ketat oleh tentara Belanda. Ada kekhawatiran dari pihak Belanda mendapat serangan dari pihak pejuang dan lascar di tengah jalan antara Jember dan Surabaya, melihat pengaruh kuat dari R. Soedarman di kalangan para pejuang kemerdekaan.
R. Soedarman menjalani tahanan di Sidoardjo, dan meninggal dalam tahanan. R. Soedarman menjabat sebagai Bupati Jember sejak zaman Pendudukan Jepang tahun 1942 sampai tahun 1947. Keterangan Sulthan Fajar dalam tulisannya, Soedarman meninggal dalam tahanan Belanda di Sidoarjo pada pertengahan tahun 1949.
Jasa-jasa R. Soedarman sebagai pejuang kemerdekaan dinobatkan sebagai nama jalan di depan Kantor Pemkab Jember. Kantor Pemkab Jember merupakan satu-satu tempat tinggal di Jl. Sudarman. (Mas Yopi / YSH – Boemi Poeger Persada)
Habibi
15 Juni 2024 20:34:24
Monggo datang dan daftarkan diri anda menjadi bagian dari kami ...